3 Tarian
Tradisional dari Provinsi Lampung - Selain Alat musik tradisional dari Provinsi
Lampung, 11 Lirik Lagu Daerah Lampung, kali ini serba-tradisional juga akan
mempersembahkan artikel mengenai tari tradisional yang berasal dari Provinsi
Lampung.
Kali ini kita
akan mengenal 3 Tarian Tradisional dari Provinsi Lampung. Tari Tradisional ini
sangat terkenal karena banyak ditampilkan pada acara-acara seperti penyambutan
tamu maupun acara adat lainnya di Lampung.
1. Tari Sembah
Tari sembah merupakan tarian tradisional dari Provinsi
Lampung yang berasal dari Suku Pepadun. Pada awalnya Tari Sembah ditampilkan
pada acara penyambutan para raja dan tamu-tamu istimewa. Saat ini Tari Sembah
dikenal sebagai tari penyambutan yang tujuannya adalah menghormati tamu yang
datang. Selain ditampilkan pada upacara adat penyambutan tamu, tari sembah juga
ditampilkan pada upacara pernikahan dengan tujuan yang sama yaitu menyambut
para tamu yang hadir pada acara tersebut.
Busana yang dikenakan oleh para penari adalah busana asli
daerah seperti yang dikenakan pengantin wanita asli suku Lampung lengkap dengan
siger dan tanggainya. Busana yang
dipergunakan oleh penari Sembah ini adalah Sesapur yaitu baju kurung bewarna
putih atau baju yang tidak berangkai pada sisinya namun pada sisi bagian bawah
terdapat hiasan berbentuk koin berwarna perak atau emas yang digantung secara
berangkai (rumbai ringgit). Sedangkan busana yang digunakan sebagai bawahan
adalah kain tapis. Kain tapis adalah kain tenun tradisional lampung yang
terbuat dari bahan katun bersulam emas dengan motif tumpal atau pucuk rebung.
Kain tapis bermotif sepeti ini biasanya disebut dengan nama kain tapis Dewasana
(Dewo sanaw).
Selain busana, ada beberapa aksesoris yang dipergunakan
oleh para penari tari sembah. Aksesoris yang dipergunakan antara lain :
- Mahkota siger Pending, yaitu ikat pinggang dari uang ringgit Belanda dengan gambar ratu Wihelmina di bagian atas.
- Bulu serti, yaitu ikat pinggang yang terbuat dari kain beludru berlapis kain merah. Bagian atas ikat pinggang ini dijaitkan kuningan yang digunting berbentuk bulat dan bertahtakan hiasan berupa bulatan kecil-kecil. ikat pinggang bulu serti dikenakan diatas pending.
- Mulan temanggal, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk seperti tanduk tanpa motif yang digantungkan di leher sebatas dada.
- Dinar, yaitu mata uang Arab dari emas yang diberi peniti dandigantungkan pada sesapur,tepatnya di bagian atas perut.
- Buah jukum, yaitu hiasan berbentuk buah-buah kecil di atas kain yang dirangkai menjadiuntaian bunga dengan benang dan dijadikan kalung panjang yang dipakai melingkar mulai dari bahu ke bagian perut sampai ke belakang.
- Gelang burung, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk burung bersayap yang diatasnya direkatkan bebe yaitu kain halus yang berlubang-lubang. Gelang burung ini diikatkan pada lengan kiri dan kanan, tepatnya di bawah bahu.
- Gelang kana adalah sebuah gelang yang terbuat dari kuningan berukir dan gelang Arab, yang dikenakan bersama-sama di lengan atas dan bawah.
- Tanggai adalah hiasan yang berbentuk seperti kuku berwarna keemasan terbuat dari bahan kuningan yang dikenakan di jari penari.
- Mahkota Siger adalah mahkota berbentuk seperti tanduk yang ditatah hias bertitik-titik rangkaian bunga. Siger ini berlekuk ruji tajam berjumlah sembilan buah. Disetiap puncak lekukan diberi hiasan bunga cemara dari kuningan. Sedangkan bagian puncak siger diberi hiasan serenja bulan, yaitu hiasan berupa mahkota kecil yang mempunyai lengkungan di bagian bawah dan beruji tajam-tajam pada bagian atas serta berhiaskan bunga. Mahkota siger ini secara keseluruhan terbuat dari bahan kuningan.
Untuk iringan musik, tentu saja tari sembah diiringi oleh
musik tradisional Provinsi Lampung.
2. Tari Cangget Agung
Sukubangsa Lampung sendiri terbagi menjadi dua bagian
yaitu Lampung Pepadun dan lampung Sebatin. Lampung Sebatin adalah sebutan bagi
orang Lampung yang berada di sepanjang pesisir pantai selatan Lampung.
Sedangkan, Lampung Pepadun adalah sebutan bagi orang Lampung yang berasal dari
Sekala Brak di punggung Bukit Barisan (sebelah barat Lampung Utara) dan
menyebar ke utara,timur dan tengah provinsi ini. Sebagaimana masyarakat
lainnya, mereka juga mereka menumbuh-kembangkan kesenian yang tidak hanya
berfungsi sebagai hiburan semata, tetapi jatidirinya. Dan, salah satu kesenian
yang ditumbuhkembangkan oleh masyarakat Lampung, khususnya Orang Pepadun,
adalah jenis seni tari yang disebut “tari cangget”.
Konon, sebelum tahun 1942 atau sebelum kedatangan bangsa
Jepang ke Indonesia, tari cangget selalu ditampilkan pada setiap upacara yang
berhubungan dengan gawi adat, seperti: upacara mendirikan rumah, panen raya,
dan mengantar orang yang akan pergi menunaikan ibadah haji. Pada saat itu
orang-orang akan berkumpul, baik tua, muda, laki-laki maupun perempuan dengan
tujuan selain untuk mengikuti upacara, juga berkenalan dengan sesamanya. Jadi,
pada waktu itu tari cangget dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada suatu
desa atau kampung dan bukan oleh penari-penari khusus yang memang menggeluti
seni tari
tersebut.
Waktu itu para orangtua biasanya memperhatikan dan
menilai gerak-gerik mereka dalam membawakan tariannya. Kegiatan seperti itu
oleh orang Lampung disebut dengan nindai. Tujuannya tidak hanya sekedar melihat
gerak-gerik pemuda atau pemudi ketika sedang menarikan tari cangget, melainkan
juga untuk melihat kehalusan budi, ketangkasan dan keindahan ketika mereka
berdandan dan mengenakan pakaian adat Lampung. Bagi para pemuda dan atau pemudi
itu sendiri kesempatan tersebut dapat dijadikan sebagai arena pencarian jodoh.
Dan, jika ada yang saling tertarik dan orang tuanya setuju, maka mereka
meneruskan ke jenjang perkawinan
Macam-macam Tari Cangget
Tarian cangget yang menjadi ciri khas orang Lampung ini
sebenarnya terdiri dari beberapa macam, yaitu:
- Cengget Nyambuk Temui, adalah tarian yang dibawakan oleh para pemuda dan pemudi dalam upacara menyambut tamu agung yang berkunjung ke daerahnya.
- Cangget Bakha, adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi pada saat bulat purnama atau setelah selesai panen (pada saat upacara panen raya).
- Cangget Penganggik, adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi saat mereka menerima anggota baru. Yang dimaksud sebagai anggota baru adalah pada pemuda dan atau pemudi yang telah berubah statusnya dari kanak-kanak menjadi dewasa. Perubahan status ini terjadi setelah mereka melalukan upacara busepei (kikir gigi).
- Cangget Pilangan, adalah tarian yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada saat mereka melepas salah seorang anggotanya yang akan menikah dan pergi ke luar dari desa, mengikuti isteri atau suaminya.
- Cangget Agung adalah tarian yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada saat ada upacara adat pengangkatan seseorang menjadi Kepala Adat (Cacak Pepadun). Pada saat upacara pengangkatan ini, apabila Si Kepala Adat mempunyai seorang anak gadis, maka gadis tersebut akan diikutsertakan dalam tarian cangget agung dan setelah itu ia pun akan dianugerahi gelar Inten, ujian, Indoman atau Dalom Batin.
Gerakan Tari
Cangget
Walau tarian cangget terdiri dari beberapa macam, namun
tarian ini pada dasarnya mempunyai gerakan-gerakan yang relatif sama, yaitu:
(1) gerak sembah (sebagai pengungkapan rasa hormat);
(2) gerakan knui melayang
(lambang keagungan);
(3) gerak igel (lambang keperkasaan);
(4) gerak ngetir
(lambang keteguhan dan kesucian hati;
(5) gerak rebah pohon (lambang kelembutan
hati);
(6) gerak jajak/pincak (lambang kesiagaan dalam menghadapi mara bahaya);
(7) gerak knui tabang (lambang rasa percaya diri).
Peralatan Tari Cangget
Peralatan musik yang digunakan untuk mengiringi tari
Canget diantaranya adalah:
(1) canang lunik 8–12 buah;
(2) bende sebuah;
(3)
gujeh sebuah;
(4) gong 2 buah;
(5) gendang sebuah;
(6) pepetuk 2 buah.
Busana Tari Cangget
Busana yang dikenakan oleh penari perempuan adalah:
(1)
kain tapis;
(2) kebaya panjang warna putih;
(3) siger; (4) gelang burung;
(5)
gelang ruwi; (6) kalung papan jajar;
(7) buah jarum;
(8) bulu seratai;
(9)
tanggai;
(10) peneken;
(11) anting-anting;
(12) kaos kaki warna putih.
Sedangkan busana dan perlengkapan pada penari laki-laki
adalah:
(1) kain tipis setengah tiang;
(2) bulu seratai;
(3) ikat pandan;
(4)
jubah;
(5) baju sebelah.
Perkembangan Tari Cangget
Selain peralatan musik dan busana bagi penarinya, tarian
ini juga menggunakan perlengkapan-perlengkapan pendukung lainnya, yaitu:
(1)
jepana (tandu usungan) yang dipakai pada saat mengantar dan menjemput tamu
agung, sesepuh adat atau
pun puteri kepala adat dan kutamara;
(2) tombak dan
keris, dipakai pada saat tari igel;
(3) talam emas, dipakai untuk landasan
menurunkan serta menaikkan para sesepuh atau tetua adat dari Jepana memasuki
Sesat Agung ataupun sebaliknya;
(4) Payung adat yang warna putih (lambang kesucian) dan
warna kuning (lambang keagungan).
Lagu-lagu yang dimainkan saat Tari Cangget
Adapun lagu-lagu yang sering dinyanyikan untuk mengiringi
tarian Cangget Agung adalah
(1) tabuh mapak/nyabuk temui;
(2) tabuh tari
(tarey);
(3) serliah adak;
(4) mikhul bekekes;
(5) gupek;
(6) hujan turun.
Catatan: Saat ini, seiring dengan perkembangan zaman,
penyelenggaraan tarian ini semakin berkurang. Tarian cangget tidak lagi
ditarikan oleh para pamuda dan pemudi untuk saling berkenalan, melainkan telah
menjadi suatu tarian khusus yang dimainkan oleh penari-penari tertentu (tidak
sembarang orang) dan pada saat-saat tertentu saja (upacara adat saja).
3. Tari Melinting.
Di lihat dari sejarahnya, tarian ini merupakan tari adat tradisional
Keagungan Keratuan Melinting yang diciptakan oleh Ratu Melinting yaitu Pangeran
Panembahan Mas, yang dipentaskan pada saat acara Gawi Adat (Betawi). Tari
Melinting ini merupakan tari tradisional lepas untuk hiburan pelengkap pada
saat acara Gawi Adat.
Fungsi Tari Melinting dahulu merupakan tarian Keluarga
Ratu Melinting dan hanya dipentaskan oleh Keluarga Ratu saja ditempat yang
tertutup (sessat atau balai adat), tidak boleh diperagakan oleh sembarang
orang. Pementasannya pun hanya pada saat Gawi Adat Keagungan Keratuan Melinting
saja. Personal penarinya pun hanya sebatas pada putra putri Ratu Melinting.
Namun, dalam perkembangannya sekarang tari melinting
tidak lagi mutlak sebagai tarian keluarga Ratu Melinting dan tidak lagi
berfungsi sebagai tari upacara tetapi sudah bergeser menjadi tari pertunjukan
atau tontonan pada saat penyambutan tamu-tamu agung yang datang ke daerah
Lampung serta acara-acara besar lainnya seperti acara kesenian Lampung,
Festival Tari dan lain-lain.
Elemen-elemen Tari Melinting.
Menurut Sudarsono, bentuk penyajian adalah wujud tarian
secara keseluruhan yang dipertunjukkan dengan melibatkan elemen-elemen dalam
komposisi tari. Adapun elemen-elemen tersebut adalah elemen gerak, iringan
(musik), tat arias, busana, tempat pertunjukan, dan property.
A. Gerak
Elemen gerak merupakan salah satu unsure poko dalam tari.
Gerak dalam tari terwujud setelah anggota-anggota badan manusia yang telah
terbentuk digerakkan. Gerak merupakan substansi dari tari. Namun, tidak semua
gerak bisa disebut sebagai tari. Hanya gerak yang sudah mengalami penggarapan,
pemiliki makna dan nilai estetis, yang dapat disebut sebagai gerak tari.
Menurut Lentuk geraknya terdapat dua jenis gerak, yaitu
gerak murni dan gerak maknawi.
Gerak murni adalah gerak yang digarap sekedar untuk
mendapatkan bentuk artistic dan tidak dimaksudkan untuk menggambarkan sesuatu.
Gerak maknawi adalah gerak yang mengandung arti yang
jelas dan sudah mengalami setilisasi atau distorsi. Gerak murni banyak
digunakan dalam garapan tari yang non representasional, sedangkan gerakan
maknawi banyak terdapat dalam garapan tari yang representasional, namun dengan
tidak menutup kemungkinan masuknya gerak murni.
Gerak dalam tari Melinting adalah gerak gerak maknawi,
yaitu setiap gerakan mempunyai maksud atau makna. Pada adegan pembukaan, makna
gerak adalah bahwa putra dan putri punyimbang melakukan penghormatan kepada
para punyimbang/tamu agung. Pada adegan kugawo Ratu, makna gerak adalah
melambangkan keperkasaan putra putri punyimbang. Pada adegan knui melayang,
keagungan dan kelemah lembutan punyimbang ungkapan keleluasaan
berpendapat/bersikap. Pada adegan penutup, makna gerak adalah bahwa putra
putrid punyimbang penghormatan pada punyimbang.
Gerakan yang dipakai pada tari Melinting dibedakan antara
gerakan penari putra dan putrid meliputi : babar kipas, jong sumbah, sukhung,
sekapan balik palau, kenui melayang nyiduk, salaman, suali, niti batang, luncat
kijang, dan lapah ayun.
Gerak penari putrid meliputi babar kipas, jong sumbah,
sukhung, sekapan, timbangan/ terpipih mabel melayang, ngiyau bias, nginjak
lado, nginjak tahi manuk, lapah ayun.
B. Musik atau iringan.
Elemen iringan (musik) dalam tari bukan hanya sekedar
iringan, karena musik merupakan patner yang tidak dapat ditinggalkan. Oleh karena
itu musik yang dipegunakan untuk mengiringi tari harus digarap betul-betul
sesuai dengan garapan tarinya. Dalam hubungannya dengan seni tari, pada umunya
iringan berfungsi sebagai penguat atau pembentuk suasana. Iringan dibagi dua
macam, yaitu musik internal dan musik eksternal. Musik internal adalah musik
yang bersumber dari diri penari, misalnya suara yang ditimbulkan dari tepukkan
tangan, vokal penari, dan hentakan kaki penari. Sedankan musik eksternal adalah
musik yang berasal dari alat musik instrumental, misalnya piano, gitar dan
gamelan.
Fungsi musik ada tiga, yaitu (1) sebagai pengiring, (2)
pemberi suasana, dan (3)ilustrasi. Sebagai pengiring tari, bearti peranan musik
hanya mengiringi atau menunjang penampilan tari. Fungsi musik sebagai pemberi
suasana berarti musik dipakai untuk membantu suasana adegan dalam tari.
Sedangkan fungsi musik ilustrasi hanya berfungsi sebagai pengiring.
Iringan pada tari Melinting adalah iringan atau musik
eksternal nama seperangkat instrument yang digunakan adalan kalo bala
(kelittang). Jenis tabuhan yang digunakan adalah tabuh harus pada adegan
penbukaan, tabuh cetik pada adegan punggawo ratu, tabuh kedangdung pada adegan
mulai batangan, tabuh kedangdung pada adegan knui melayang, dan tabuh arus pada
adegan penutup.
C. Tata Rias.
Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetik
untuk mewujudkan wajah peranan. Fungsi rias adalah memberikan bantuan dengan
jalan memberikan dandanan atau perubahan pada pemain hingga berbentuk suasana
yang cocok dan wajar.
Bagi seorang penari, rias merupakan hal yang sangat
penting. Pemakaian tata rias yang digunakan untuk pertunjukkan akan berbeda
dengan tatarias sehari-hari. Tata rias yang dipakai sehari-hari pemakaiannya
cukup tipis dan tidak memerlukan garis-garis kuat pada bagian wajah. Sedangkan
untuk tat arias pertunjukkan tari, segala sesuatu diharapkan lebih jelas dan
lebih tebal hal ini penting sekali dalm pertunjukkan tari, karena untuk
memperkuat garis-garis ekspresi dan menambah daya tarik pemampilan. Maka tata
rias merupakan hal penting dalam pertunjukkan tari karena membantu penari untuk
membedakan karakter.
Tata rias yang digunakan penari putrid dalam tari
Melinting adalah rias cantik. Pada prinsipnya rias wajah pada tari Melinting
adalah untuk membuat wajah cerah dan terlihat cantik, sementara untuk penari
putera hanya menggunakan bedak untuk alas dari rias wajah.
D. Tata Busana.
Busana tari tidak sama dengan pakaian sehari-hari. Fungsi
fisik busana adalah sebagai penutup dan pelindung tubuh, sedangtkan fungsi
sttiknya merupakan unsure keindahan dan keserasian bagi tubuh penari.
Fungsi busana juga tidak jauh berbeda dengan tata rias,
yaitu mendukung tema atas isi dan memperjelas peranan-peranan dalam suatu
sajian tari. Dalam perkembangannya, pakaian tari telah disesuaikan dengan
kebutuhan tari tersebut. Busana tari yang baik tidak hanya sekedar untuk
menutup tubuh semata, melainkan juga harus dapat mendukung penampilan tari.
Busana tari dipergunakan untuk melukiskan sesuatu oleh penciptanya dan dipakai
oleh penarinya dan tidak terlepas pemilihan nilai terhadap warna, garis dan
bentuk. Maka, tata busana selain untuk memperkuat peranan, pemilihan warna,
garis dan bentuk, juga bias mendalami kejiwaan seni tari, serta akan memberi
suasana yang dimaksudkan.
Dalam tari Melinting, busana yang digunakan penari putrid
adalah siger bercadar bunga pandan Subang, kalung buah jukum, gelang kano, bulu
seretei, gelang rui sesapurhanda, tapis, dan jungsarat. Adapun busana penari
putra adalah kopiah emas, kembang melur bunga pandan, buah jukum, jungsarat,
papan jajar, bulu seretei, sesapur handap, injang tuppal, celana reluk belanga,
lengan tanpa aksesoris, dan telapak kaki tanpa alas dan kaos kaki.
E.Tempat Pertunjukkan.
Tempat pertukkan adalah tempat yang digunakan untuk
mempergelarkan suatu pertunjukkan atau pementasan. Tempat pertujukkan dapat
berupa panggung proscenium, yaitu tempat pertunjukkan yang hanya dapat dilihat
satu arah atau dari depan. Adapun bentuk-bentuk arena pertunjukkan antara lain
arena sentral, tapal kuda, dan setengah lingkaran (arena terbuka).
Tempat pertunjukkan yang berbentuk arena sentral biasanya
tempat yang digunakan untuk pentas yang berada ditengah penonton. Pada tempat
pentas bentuk tapak kuda, penonton berada di depan, serta di samping kanan dan
kiri tempat pertunjukkan. Adapun bentuk setengah lingkaran (arena terbuka),
antara penonto dengan tempat pertunjukkan biasanya disekat oleh pembatas.
Tari Melinting dipentaskan di tempat upacara adat yang
sedang berlangsung atau bisa juga di tempat pertunjukkan lainnya, baik berupa
panggung proscenium, arena sentral, tapal kuda maupun setengah lingkaran.
F. Properti
Properti adalah perlengkapan yang tidak termasuk kostum
dan perlengkapan panggung, tetapi merupakan perlengkapan yang ikut ditarikan
oleh penari. Property adalah semua peralatan yang dipergunakan untu kebutuhan
suatu penampilan tataan tari atau koreografi. Propreti adalah alat-alat yang
dibawa dan digunakan penari sebagai pelengkap sesuai tuntutan tari tersebut.
Properti yang digunakan oleh penari putrid dan putra pada tari Melinting adalah
kipas yang dipegang di kiri kanan tangan penari.
Notes: Untuk uraian lebih rinci mengenai tari Melinting
yang meliputi makna tari, urutan penyajian tari, uraian ragam gerak penari
putra dan penari putrid, jumlah hitungan, dan pola lantai dapat dilihat pada
bagian lampiran yang merupakan Deskripsi Tari Melinting yang disusun oleh Taman
Budaya Provinsi Lampung.
Post a Comment