Lampung terletak di bagian paling bawah Pulau Sumatera yang berbatasan langsung dengan Selat Sunda. Provinsi ini identik dengan Gunung Krakatau dan tempat perlindungan Gajah Sumatera di Taman Nasional Way Kambas. Selain itu Lampung juga dikenal dengan kain tenunnya yang disebut dengan Tapis Lampung yang mempunyai makna dalam setiap motifnya. Beberapa motif kain tapit tersebut juga dapat ditemui di bagian-bagian yang terdapat di Rumah Adat Lampung. Berikut pembahasannya :
Rumah Adat Lampung
Beribukota di Bandar Lampung, provinsi ini terdiri dari 12 kabupaten dan 2 kota yaitu Kota Bandar Lampung dan kota Metro. Kabupatennya adalah Kabupaten Lampung Barat, Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Utara, Mesuji, Pesawaran, Pesisir Barat, Pringsewu, Tanggamus, Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat dan Way Kanan.
Lampung merupakan salah satu lokasi transmigrasi. Oleh karena itu, berdasarkan data saat ini suku mayoritas di Provinsi Lampung adalah Suku Jawa. Suku asli Lampung sendiri yaitu Suku Lampung tidak lebih dari 12% dari total keseluruhan penduduk Lampung. Suku Lampung atau biasa disebut dengan ulum lampung atau orang lampung berasal dari wilayah Belalau, Lampung Utara. Suku Lampung sendiri tinggal di Rumah Adat Lampung yang disebut dengan Rumah Adat Nuwu Sesat.
Rumah Adat Nuwou Sesat
Nuwou berasal dari bahasa Lampung yang berarti tempat ibadah seperti masjid, musholla, surau, Rang Ngaji atai Pok Ngajei. Persamaan kata Nuwou adalah Lamban, Lambahana yang berarti tempat tinggal. Sedangkan Sesat atau juga disebut Bantaian adalah bangunan tempat bermusyawarah dan penyimpanan bahan makanan.
Dengan demikian Nuwou Sesat dapat diartikan sebagai tempat berkumpul untuk bermusyawarah. Dalam perkembangan selanjutnya, Nuwou Sesat disebut juga Sesat Balai Agung, yang juga digunakan sebagai tempat pertemuan adat sekaligus tempat pelaksanaan upacara-upacara adat. Namun saat ini, lebih banyak digunakan sebagai tempat tinggal seperti pada umumnya.
Konstruksi rumah Rumah Adat Lampung Nuwou Sesat berbentuk rumah panggung dengan kayu sebagai bahan bangunan utamanya. Rumah ini disangga dengan tiang-tiang penopang yang didirikan di atas pondasi hingga lantai rumah. Berikut ini sekilas gambaran mengenai rumah adat Lampung:
a. Pondasi dan Tiang Penyangga
Pondasi rumah adalah umpak batu yang berbentuk persegi. Di setiap umpak batu ditaruh tihang duduk (tiang penyangga) yang berjumlah kurang lebih 35 tiang dan tihang induk (tiang utama) berjumlah 20 tiang.
b. Atap
Ujung bubungan atap Rumah Adat Lampung memusat ke titik tengah bagian paling atas yang terbuat dari kayu bulat (disebut dengan button). Di atas kayu bulat tersebut diletakkan satu kayu bulat lagi yang berlapis tembaga kemudian di atasnya ada 2 tingkat dari tembaga atau kuningan. Dan bagian paling atasnya diletakkan perhiasan dari batu sesuai selera pemilik rumah.
c. Lantai
Nuwou Sesat berlantaikan bamboo atau bisa disebut khesi atau papan yang berasal dari kayu klutum, bekhatteh dan belasa.
d. Dinding
Dindign rumah merupakan susunan papan-papan kayu yang dipasang berjajar di setiap rangka rumah dalam posisi berdiri.
e. Pintu dan jendela
Pintu berbentuk setangkup ganda berbentuk persegi panjang. Sedangkan jendela berbentuk sama namun dengan ukuran yang lebih pendek. Setiap jendela dilengkapi dengan teralis dari kayu. Terdapat 4 jendela pada bagian depan rumah, sedangkan bagian lainnya jumlah jendela tergantung dari panjangnya badan rumah.
Pembagian ruangan
Ketika memasuki Rumah Adat Lampung kita akan menemukan beberapa bagian, yaitu:
Pondasi rumah adalah umpak batu yang berbentuk persegi. Di setiap umpak batu ditaruh tihang duduk (tiang penyangga) yang berjumlah kurang lebih 35 tiang dan tihang induk (tiang utama) berjumlah 20 tiang.
b. Atap
Ujung bubungan atap Rumah Adat Lampung memusat ke titik tengah bagian paling atas yang terbuat dari kayu bulat (disebut dengan button). Di atas kayu bulat tersebut diletakkan satu kayu bulat lagi yang berlapis tembaga kemudian di atasnya ada 2 tingkat dari tembaga atau kuningan. Dan bagian paling atasnya diletakkan perhiasan dari batu sesuai selera pemilik rumah.
c. Lantai
Nuwou Sesat berlantaikan bamboo atau bisa disebut khesi atau papan yang berasal dari kayu klutum, bekhatteh dan belasa.
d. Dinding
Dindign rumah merupakan susunan papan-papan kayu yang dipasang berjajar di setiap rangka rumah dalam posisi berdiri.
e. Pintu dan jendela
Pintu berbentuk setangkup ganda berbentuk persegi panjang. Sedangkan jendela berbentuk sama namun dengan ukuran yang lebih pendek. Setiap jendela dilengkapi dengan teralis dari kayu. Terdapat 4 jendela pada bagian depan rumah, sedangkan bagian lainnya jumlah jendela tergantung dari panjangnya badan rumah.
Pembagian ruangan
Ketika memasuki Rumah Adat Lampung kita akan menemukan beberapa bagian, yaitu:
- Panggakh: loteng rumah yang digunakan sebagai tempatpenyimpanan barang-barang adat, senjata atau benda pusaka.Jan: tangga menuju rumah
- Lepau/ Bekhanda: ruangan terbuka luas di depan rumah seperti serambi yang digunakan sebagai ruang tamu atau tempat Himpun (bermusyawarah adat).
- Lapang Lom: ruang keluarga. Digunakan sebagai temapt berkumpulnya keluarga atau acara-acara adat seperti Himpun atau Bedua
- Bilik kebik: merupakan kamar tidur utama untuk kepala keluarga
- Tebelayakh: kamar tidur kedua
- Sekhudu: terletak di bagian belakang yang digunakan oleh ibu-ibu
- Dapokh: dapur. Terletak di bagian paling belakang rumah, terdiri dari beberapa ruangan lagi, yaitu: gakhang atau tempat mencuci peralatan dapur dan bah lamban atau tempat penyimpanan hasil panen
Pada setiap sisi Rumah Adat Lampung dihiasi ornamen-ornamen, ukiran dan aksara kuno yang diambil dari Kitab Kuntara Raja Niti. Bebrapa diantaranya yaitu:
- Pill-Pusanggiri yang artinya setiap manusia harus mempunyai rasa malu jika hendak melakukan perbuatan yang hina menurut agama dan dapat melukai harga diri.
- Juluk-Adek yang artinya setiap orang yang telah mendapatkan gelar adat sebaiknya bersikap dan berkeperibadian yang sesuai.
- Nemui-Nyimah yang artinya menjaga tali silaturahmi dengan saling mengunjungi sanak keluarga serta bersikap ramah tamah terhadap tamu.
- Nengah-Nyampur memiliki makna menjaga hubungan dalam kehidupan bermasyarakat. Sakai-Sambaian merupakan sikap saling tolong menolong dan bergotongroyong.
- Sang Bumi Ruwa Jurai merupakan sebuah rumah tangga yang berasal dari dua garis keturunan yaitu masyarakat beradat pepadun dan beradat sebatin. Meskipun terdapat 2 garis keturunan tetapi tetap bersatu.
Post a Comment