GuidePedia

0
In Memoriam Ramli: Di Tangannya Tapis Lampung Jadi Unik

Dunia mode Indonesia baru saja kehilangan tokoh fenomenalnya. Desainer senior Ramli meninggal dunia, Rabu (23-1) pukul 6.50 WIB. Ramli meninggal di usia 58 tahun. Pria kelahiran Jakarta, 1 November 1950 itu sejak beberapa tahun terakhir menderita kanker usus dan menjalani kemoterapi terus menerus.

Lebih dari 30 tahun berkarya, perancang busana senior Ramli membuktikan diri tetap setia pada kain-kain Nusantara. Dalam sejumlah pergelaran busana, Ramli mengungkap kecintaan pada Indonesia.

Bagi Lampung, Ramli memiliki tempat khusus. Ya, berkat tangan dinginnya, keindahan tapis lampung jadi mendunia. Keunikan kain tapis lampung dan batik solo dimodifikasi Ramli menjadi busana yang bisa dipakai dalam berbagai kesempatan, mulai dari acara resmi sampai busana kasual untuk sehari-hari. ''Saya ingin memodifikasi batik agar tak terkesan resmi dan bisa terlihat lebih ringan untuk digunakan pada acara sehari-hari namun tetap indah,'' ujar pria bernama asli Ramli Kartowidjoyo.

Ramli dikenal bertangan dingin saat mengolah aneka kain tradisional itu menjadi koleksi busana yang mewah sekaligus elegan. Dia akan dengan telaten mengolah kain tradisional itu menjadi sebuah koleksi adibusana yang mengagumkan.

Seperti satu koleksi kebaya yang tampak mencorong dengan sentuhan payet dan bordir sehingga menghadirkan bentuk klasik yang tak lekang waktu. Di tangannya, kebaya tak lagi tampil monoton, melainkan lebih terasa cita rasa yang dinamis sekaligus berkelas.

Ketika memperingati 31 tahun dia berkarya di dunia mode, di Hotel Borobudur, Jakarta, pada 2 sampai 6 Juli 2007, Ramli memilih kain dan kerajinan rakyat Lampung. Perancang busana Ramli sedang merapikan busana-busana kreasi terbarunya yang menggunakan bahan kain dan kerajinan khas Lampung.

Lewat tapis, Ramli setelah berkali-kali berkunjung ke Lampung. Awalnya, tatkala Ramli menunaikan ibadah haji pada 2006, dia bertemu dengan rombongan putra Gubernur Lampung yang menawarinya untuk mencicipi sambal Lampung. Dari perkenalan itu, berlanjut dengan pembicaraan mengenai beragam hal di Lampung, termasuk kekayaan seni budayanya.

Sepulang dari ibadah, Ramli diperkenalkan dengan istri Gubernur Lampung, Ny. Truly Sjachroedin, yang juga mempunyai minat untuk mengangkat seni budaya Lampung sehingga lebih dikenal secara luas. Maka, dari situlah timbul ide untuk memperingati 31 tahun Ramli berkarya dalam dunia mode, dengan mengangkat seni budaya Lampung.

Perancang itu memang satu dari sedikit perancang Indonesia yang setiap tahun secara rutin menyelenggarakan peragaan busana tunggal. Kali ini, kain tapis dan sulam usus berupa jalinan pita yang rumit, dijadikan bahan dasar untuk membuat busana-busana rancangannya. Sulam usus yang tadinya dibuat taplak meja, dimodifikasi Ramli sedemikian rupa sehingga menjadi rok klok yang indah.

Sedangkan tapis yang biasanya cukup berat, dimodifikasi Ramli dengan bahan-bahan yang lebih ringan dan banyak tersedia, tanpa mengubah motifnya secara mendasar. Gaun-gaun malam yang indah dan berkesan mewah, kebaya modifikasi, busana cocktail party, sampai busana untuk bekerja sehari-hari dan busana muslim, berhasil dibuat Ramli menggunakan tapis dan sulam usus itu.

Warna-warna hitam, putih, merah, dan beragam warna lainnya, yang dipadu dengan benang emas, mendominasi busana-busana terbaru karya Ramli kali ini. Motif-motif khas Lampung, menjadi elemen detail yang memperkuat garis busana tersebut. Tak kurang dari 93 busana, yang 25% di antaranya busana pria, dia rancang dengan motif tapis. 

Post a Comment

 
Top