Konsep dan Fungsi Menara Siger
Jakarta memiliki Monas, bila antar Jakarta dan Sumatera maka
Monas sebagai titik nol antara Jakarta dan Sumatera. Monas sebagai icon
Jakarta, Palembang dengan Jembatan Ampera, Aceh sebagai titik nol Indonesia,
dan kini Lampung memiliki Icon dengan Menara Siger dan sebagai titik nol jalan
lintas Sumatera.
Menara Siger merupakan Prasasti Titik Kilomer nol jalan
lintas Sumatera dan menjadi penanda bahwa ini adalah pintu gerbang pulau
Sumatera, tentu ini akan menjadi catatan sejarah yang telah diresmikan oleh
Pemerintah Daerah Propinsi Lampung pada tanggal 29 Mei 2009. Menara Siger
dengan bentuk architecture crawn yang indah berwana kuning dapat dilihat dari
jauh ketika kapal akan berlabuh di pelabuhan Bakauheni baik pagi maupun malam
hari dengan lampu sorot dan sekaligus dijadikan menara lampu oleh kapal – kapal
yang akan merapat di pelabuhan.
Di puncak menara, ada payung tiga warna
(putih-kuning-merah) sebagai simbol tatanan sosial masyarakat Lampung Bila akan
melintas jalan darat menuju Sumatera dari Jakarta dan sebaliknya, tentu tak
seorang pun tidak melewati dan melihat Menara Siger yang kini menjadi icon
Propinsi Lampung. Menara yang mengusung adat budaya Lampung dan sekaligus
landmark dari kawasan Bakauheni didalamnya menara Siger terdapat bangunan utama
dan terdapat Prasasti Kayu Are sebagai simbol pohon kehidupan bagi masarakat
Lampung, ini membuat Menara Siger menjadi mahkota budaya kehidupan masyarakat.
Gagasan pembangunan menara Siger dilaksanakan oleh Gubernur
Syachoedin ZP untuk masa bakti 2004 – 2009 dan merupakan suatu karya permanen
tidak hanya berbentuk sebuah fisik bagunan tetapi tercermin mambangun budaya
masyarakat dan identitas masyarakat Lampung sesuai dengan filosophi berpikir
dan bertindak dengan visi dan misi untuk mewujudkan Lampung yang unggul dan
bardaya saing, salah satu keunggulan digali dari aspek budaya daerah menuju masyarakat
yang sejahtera yang direpresentasikan dalam bentuk bangunan berciri sangat
specific Lampung dan sekaligus menjadi icon Lampung, ini merupakan suatu karya
yang sangat luar biasa yang perlu mendapatkan dukungan dan sekaligus perlu
dicatat dalam sebuah sejarah Lampung melainkan sejarah nasional.
Menara Siger sebagai karya besar dan sekaligus dapat menjadi
representasi tonggak pembangunan menuju pembangunan dan karya yang besar bagi
daerah propinsi Lampung, bila melihat menara Siger akan terbayang sebuah
mahkota yang dibangun disebuah bukit dan orang sudah mennginterprestasikan
bahwa bangunan tersebut mengrepresentasikan simbol budaya Lampung, dimana di
atas puncak terdapat tiga buah payung berwarna putik – kuning dan merah sebagai
simbol tatanan sosial masyarakat Lampung, dan di menara Siger terdapat ada
tower yang dapat melihat panorama laut yang bermakna profan.
Peresmian menara Siger mengusik kembali suatu wacana
kebudayaan bagi propinsi Lampung, sebuah obsesi yang besar sudah dimulai dan
diwujudkan dengan diresmikan pada tanggal 30 Mei 2008 dan merupakan wujud riil
oleh seorang pemimpin daerah yang ingin mengkulturasikan Lampung sehingga bumi
Lampung menjadi sebuah wilayah yang hidup didalam lilitan indigenious culture.
Kini Lampung tampil dengan wajah dan wilayah yang khas hidup
dalam karakter budaya lokal seperti layaknya masyarakat di Bali, Lombok,
Minangkabau, Flores, Sulawisi; Bugis – Toraja dan tradisi kerjaan Mataram di
Yogyakarta. Menara Siger tidak dilihat diri aspek fisiknya saja tetapi bangunan
ini mengandung nilai budaya dan sejarah dalam bentuk sebuah artefak yang
membentuk kosmologi dalam setiap ruang kehidupan, sehingga setiap orang yang
melihat dan berada di menara ini akan mengetahui seperti apakah gerangan
Lampung ini.
Apakah Menara Siger Akan Menciptaka Makna Setelah peresmian
sejak tanggal 30 Mei 2008 yang kini diserahkan kepada pihak Dinas
Kepariwisataan dan Kebudayaan untuk mengelola bersama sebuah Badan Otoritas
yang akan bertanggung jawab memelihara dan menghidupkan Menara Siger dengan
berbagai kegiatan gedung ini, dalam sambutan Bapak Gubernur kegiatan
diantaranya mulai pentas seni sampai kegiatan yang bersifat edukative.
Menara Siger yang tadinya lahir dari sebuah visioner yang
dilahirkan sebuah semangat revitalisasi budaya Lampung dengan peresmian ini
tentu merupakan suatu yang baik dan harus mampu untuk mengisi pesan yang
disampaikan oleh Gubernur ketika dalam acara pembukaan. Karena semangat menara
Sigir merupakan identitas dan diciptakan harus kelak mampu memunculkan pencipta
– pencipta yang lain yang mampu membuat identitas itu betul-betul mengalir
hidup dalam mayarakat Lampung yang mampu menyelimuti bangunan monumental Siger
ini yang direpresentasikan dengan berbagai isian baik kegiatan dalam bentuk
seni dan budaya dan yang paling penting adalah dalam bentuk kosmologi stuktur
kehidupan masyarakat.
Memang tidak mudah bagi sebuah Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Lampung dan Badan Otorita yang akan mengurus dan mengisi gedung ini,
karena tidak saja dilihat dari aspek budaya sebagai suatu paket integral
pariwisa melainkan diperlukan sebuah grand design yang sangat comprehensive
untuk mengisi pesan dari menara Siger ini, dan jangan sampai kegiatan paket
budaya menjadi subordinat pariwisata. Budaya jangan dimaknai sebatas seni atau pertujukan
rekreative, prosesi adat dimaknai sebagai acara tontonan, event akbar dan
kegiatan prosesi adat hendaknya jangan hanya dikemas dalam bentuk suatu
kegiatan belaka, tetapi perlu di design suatu paradigma yang mampu menyiratkan
budaya sebagai bagian integral kehidupan masyarakat.
Apa Isi Menara Siger. Bila hendak mengikuti sebuah tradisi
tafsir, kebudayaan memiliki makna seperangkat system symbolic yang mengandung
makna yang kaya, pengetahuan, nilai, azas dan segala referensi yang dapat
dijadikan pegangan manusia yang berhubungan dan interaksi dengan sebuah
lingkungan, bahwa budaya mampu memiliki adaptive, inovative, creative
productive, maka makna symbolic senantiasa hadir dalam kontek tersebut, kerena
kehidupan tidak serta merta hadir dalam suatu lingkungan dan kehidupan
masyarakat. Makna symbolik dapat berbentuk artefak ukir, sulam, topeng dan
benda-benda simbalik lainnya, budaya sendiri dapat berbentuk gerak, tuturan dan
juga yang berbentuk tampak dalam sebuah ritual, kekuasaan dan sistem sosial. Oleh
karena itu menara Siger harus mampu diisi dengan suatu perspektif entitas
simbol, cerita dan kisah yang mempunyai maksud dan makna.
Sebagai salah satu contoh produk yang sangat perlu diisi
diantaranya adalah suatu cetakan, karena dalam isian dari menara Siger
berbentuk simbolik, maka makna yang hadir dalam kontak harus diketahui dan
dikenal orang lain, dan tentu ini tidak mudah kalau bukan penyampaiannya
melalui suatu informasi baik dalam berbentuk : tourist information center, web
basis atau bentuk cetakan, karena bila tidak akan sangat sukar bagi orang luar
mambayangkan. Sehingga informasi yang dikeluarkan akan menjadi suatu sharing
makna dan menjadi milik bersama. Sehingga menara Siger mampu memancarkan dan
menyebarluaskan makna simbolis budaya Lampung kepada baik bagi masyarakat
Lampungnya sendiri dan kepada orang lain / pendatang atau wisatawan sehingga
pancaran entitas budaya yang mampu menularkan makna-makna simbolis dan kemudian
menara Siger memancarkan sinar makna cultural, sehingga menara Siger ini
digandrungi untuk di kunjungi baik oleh excortionist maupun tourist dan melaku
kan tours [ learn, study and search ] di menara Siger. Nicolaus Lumanauw.
Post a Comment