Jangan Direbus, Brokoli Lebih Ampuh Lawan Kanker Bila Dikukus
Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa sayuran brokoli punya
kandungan anti kanker yang sangat tinggi. Kini para ilmuwan mengungkap
cara memasak pun bisa mempengaruhi efek anti kanker dalam sayuran
tersebut.
Dalam penelitiannya, para ilmuwan mengungkap bahwa senyawa anti kanker banyak yang hilang atau rusak saat brokoli direbus atau dipanggang dengan microwave. Cara memasak yang paling tepat untuk menjaga kandungan anti kanker itu adalah dengan dikukus.
Temuan ini dipresentasikan dalam konferensi ilmiah tahunan di American Institute for Cancer Research.
Dalam penelitiannya, para ilmuwan mengungkap bahwa senyawa anti kanker banyak yang hilang atau rusak saat brokoli direbus atau dipanggang dengan microwave. Cara memasak yang paling tepat untuk menjaga kandungan anti kanker itu adalah dengan dikukus.
Temuan ini dipresentasikan dalam konferensi ilmiah tahunan di American Institute for Cancer Research.
Durasi pengukusan brokoli yang disarankan adalah 3-4 menit. Dikatakan, mengukus hingga brokoli berwarna hijau pucat bisa meningkatkan khasiat anti kanker dari senyawa sulforaphane yang dikandungnya.
Untuk bisa berkhasiat sebagai anti kanker, senyawa sulforaphane membutuhkan enzim myrosinase yang juga terkandung dalam brokoli. Enzim inilah yang bisa rusak atau hilang, bila cara brokoli dimasak dengan cara yang tidak tepat.
Pengamatan yang dilakukan para ilmuwan menunjukkan merebus atau memanggang brokoli di microwave bisa merusak enzym myrosinase. Bahkan hanya dalam satu menit pemanggangan atau perebusan, enzym tersebut sudah bisa mengalami kerusakan.
Sebaliknya, brokoli akan tetap memiliki kandungan enzim myrosinase yang cukup jika dikukus. Bahkan hingga 5 menit pengukusan, enzim tersebut masih cukup untuk mengaktifkan senyawa sulforaphane sebagai anti kanker.
"Cara memasak yang lama cenderung fokus untuk meningkatkan rasa, penampilan dan keamanan mikrobiologis. Kini kita melakukan lebih, yakni untuk mempertahankan senyawa bioaktif agar bisa masuk ke tubuh kita dalam bentuk yang bisa dimanfaatkan," kata Dr Elizabeth Jeffrey dari University of Illinois yang melakukan penelitian ini, seperti dikutip dari Daily Mail,
Post a Comment