Sigap Hadapi Bencana
BUMI yang kita tinggali ini sering bersikap tidak ramah. Sebagian murka
bumi akibat ulah manusia sendiri dan beberapa lagi memang sudah menjadi
kepastian alam.
Manusia tidak akan bisa melawan kekuatan alam. Itu sebabnya, pilihan terbaik kita adalah bersahabat dengan alam, yakni dengan cara membaca isyarat dan siklus musim. Di Lampung, musim hujan mulai tiba dan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Desember 2013 sampai Januari 2014.
Belajar dari pengalaman, musim hujan selalu disertai dengan bencana alam. Banjir, longsor, puting beliung, dan gelombang pasang menjadi bencana langganan di provinsi ini. Tidak jarang musibah tersebut merenggut korban jiwa. Belum lagi kerugian material berupa kerusakan bangunan, fasilitas umum, macetnya distribusi bahan pokok, dan kerusakan lahan pertanian.
Untuk mengantisipasi bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung hari ini menggelar rapat koordinasi dengan BPBD kabupaten/kota se-Lampung. Rapat tersebut akan mematangkan persiapan pemerintah menghadapi bencana alam.
Pemprov juga sudah menyiapkan berbagai peralatan yang akan digunakan selama masa darurat bencana, seperti kendaraan operasional, ambulans, mobil tangki air bersih, mobil dapur umum, truk serbaguna, sepeda motor, speedboat, hingga aneka peralatan dapur.
Dari sisi personel, Pemprov menyiagakan 10 petugas di kantor BPBD dan 4 petugas lainnya disebar di beberapa posko. Semua personel itu bersiaga setiap hari selama 1 x 24 jam. Ketika bencana tiba, Pemprov menurunkan semua personel bantuan dari dinas terkait, termasuk pramuka dan resimen mahasiswa.
Sementara dari sisi anggaran, sudah disiapkan dana darurat hingga Rp30 miliar jika sewaktu-waktu diperlukan.
Kesiapan Pemprov Lampung menghadapi bencana alam tahun ini patut diacungi jempol. Tumbuh suburnya kesadaran akan pentingnya antisipasi bencana seharusnya menular ke pemerintah kabupaten/kota. Lebih dari itu, kesadaran yang sama seharusnya pula tumbuh bersemi di dalam masyarakat kita. Sebab, tidak mungkin penanggulangan bencana hanya mengandalkan pemerintah.
Masyarakat pun harus ikut berperan aktif, setidaknya saat bencana itu datang bisa menyelamatkan diri sendiri dan keluarganya. Pelatihan untuk desa tangguh bencana di Lampung Selatan dan Lampung Barat bisa dilanjutkan ke daerah rawan bencana lainnya. Pelatihan tersebut memang membutuhkan ketersediaan anggaran, tetapi dari aspek keselamatan berapa pun anggaran yang dikeluarkan pastilah tidak sia-sia.
Selain membentuk desa tangguh bencana, Pemprov perlu juga menyiapkan pendidikan tanggap bencana kepada siswa sekolah. Cara-cara praktis menyelamatkan diri bisa disisipkan dalam mata pelajaran agar anak-anak tidak panik saat bencana datang. Hal-hal yang dianggap remeh temeh itu terbukti dapat menghindari korban jiwa akibat bencana.
Amarah alam datang sewaktu-waktu tanpa permisi kemudian pergi dengan membawa korban jiwa dan harta benda. Amarah alam membuktikan bahwa manusia tidak punya cukup kekuatan untuk melawan kehendak semesta. Amarah alam juga seharusnya menyadarkan kita untuk saling bersatu padu dalam nilai-nilai kemanusiaan yang sama.
Manusia tidak akan bisa melawan kekuatan alam. Itu sebabnya, pilihan terbaik kita adalah bersahabat dengan alam, yakni dengan cara membaca isyarat dan siklus musim. Di Lampung, musim hujan mulai tiba dan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Desember 2013 sampai Januari 2014.
Belajar dari pengalaman, musim hujan selalu disertai dengan bencana alam. Banjir, longsor, puting beliung, dan gelombang pasang menjadi bencana langganan di provinsi ini. Tidak jarang musibah tersebut merenggut korban jiwa. Belum lagi kerugian material berupa kerusakan bangunan, fasilitas umum, macetnya distribusi bahan pokok, dan kerusakan lahan pertanian.
Untuk mengantisipasi bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung hari ini menggelar rapat koordinasi dengan BPBD kabupaten/kota se-Lampung. Rapat tersebut akan mematangkan persiapan pemerintah menghadapi bencana alam.
Pemprov juga sudah menyiapkan berbagai peralatan yang akan digunakan selama masa darurat bencana, seperti kendaraan operasional, ambulans, mobil tangki air bersih, mobil dapur umum, truk serbaguna, sepeda motor, speedboat, hingga aneka peralatan dapur.
Dari sisi personel, Pemprov menyiagakan 10 petugas di kantor BPBD dan 4 petugas lainnya disebar di beberapa posko. Semua personel itu bersiaga setiap hari selama 1 x 24 jam. Ketika bencana tiba, Pemprov menurunkan semua personel bantuan dari dinas terkait, termasuk pramuka dan resimen mahasiswa.
Sementara dari sisi anggaran, sudah disiapkan dana darurat hingga Rp30 miliar jika sewaktu-waktu diperlukan.
Kesiapan Pemprov Lampung menghadapi bencana alam tahun ini patut diacungi jempol. Tumbuh suburnya kesadaran akan pentingnya antisipasi bencana seharusnya menular ke pemerintah kabupaten/kota. Lebih dari itu, kesadaran yang sama seharusnya pula tumbuh bersemi di dalam masyarakat kita. Sebab, tidak mungkin penanggulangan bencana hanya mengandalkan pemerintah.
Masyarakat pun harus ikut berperan aktif, setidaknya saat bencana itu datang bisa menyelamatkan diri sendiri dan keluarganya. Pelatihan untuk desa tangguh bencana di Lampung Selatan dan Lampung Barat bisa dilanjutkan ke daerah rawan bencana lainnya. Pelatihan tersebut memang membutuhkan ketersediaan anggaran, tetapi dari aspek keselamatan berapa pun anggaran yang dikeluarkan pastilah tidak sia-sia.
Selain membentuk desa tangguh bencana, Pemprov perlu juga menyiapkan pendidikan tanggap bencana kepada siswa sekolah. Cara-cara praktis menyelamatkan diri bisa disisipkan dalam mata pelajaran agar anak-anak tidak panik saat bencana datang. Hal-hal yang dianggap remeh temeh itu terbukti dapat menghindari korban jiwa akibat bencana.
Amarah alam datang sewaktu-waktu tanpa permisi kemudian pergi dengan membawa korban jiwa dan harta benda. Amarah alam membuktikan bahwa manusia tidak punya cukup kekuatan untuk melawan kehendak semesta. Amarah alam juga seharusnya menyadarkan kita untuk saling bersatu padu dalam nilai-nilai kemanusiaan yang sama.
Post a Comment