[Lentera] Andi Sang Penari Khakot
Tari Khakot adalah tari pedang yang pada zaman dahulu kala dibawakan
para panglima atau hulu balang untuk menyambut tamu-tamu besar.
Andi Wijaya |
SELEPAS isya, Andi Wijaya yang masih kelas III sekolah dasar segera
berlari ke salah satu rumah tetangganya. Ia menunggu rombongan kakeknya
yang pulang dari masjid.
Bersama beberapa temannya, Andi duduk di teras rumah tetangganya. Tak lama, kakek beserta tiga temannya datang dengan gambus, rebana, dan gitar, mereka bermain riang dengan senandung lagu-lagu Lampung.
Sejak itu, Andi Wijaya mulai cinta akan kesenian nenek moyangnya itu. Meskipun saat itu?tahun 1980, ia masih relatif kecil, ia sudah menyukai keriangan seni budaya Lampung.
Kini, ia menjadi salah satu dari sedikit orang di Kota Bandar Lampung yang paham benar akan makna tari bedana dan tari pedang khakot yang merupakan tarian khas milik Marga Balak yang ada di Kelurahan Negeri Olokgading.
Presiden SBY bahkan secara khusus mengundangnya untuk mementaskan tari khakot pada kirab budaya di Istana Merdeka setelah sebelumnya Presiden SBY terpukau saat ia mengunjungi Lampung pada peringatan Hari Pangan Sedunia di PKOR Way Halim tahun lalu.
Ia menjelaskan tari khakot adalah tari pedang yang pada zaman dahulu kala dibawakan oleh para panglima atau hulu balang untuk menyambut tamu-tamu besar. Para hulubalang ini yang terdiri dari dua pasang penari, akan memain-mainkan pedang di depan para tamunya, untuk menjaga para tamu-tamu agung itu dari ancaman bahaya.
Tari khakot sendiri pada awalnya diciptakan dari kejelian seniman dari Marga Balak yang melihat burung elang di atas langit. "Waktu itu mereka melihat burung elang itu seperti sedang berjemur, padahal sebenarnya burung elang itu sedang mencari mangsa," kata Andi Wijaya.
Terinspirasi dari gerakan burung elang itu, maka terciptalah tarian khakot. Gerakan tariannya biasa disebut gerakan mayang bekekhang atau elang berjemur.
Demikian halnya, pedang yang digunakan juga tekhapang (gagang pedang) harus berkepala elang, termasuk kikhat (ikat kepala, red) harus dibentuk menyerupai burung elang.
Karena itu, tak bisa sembarangan dalam membawakan tari khakot, dan tak semua orang mampu menarikannya. "Saya sendiri meskipun bisa menarikannya, tapi setiap diminta mementaskan tarian itu, saya meminta teman-teman yang lebih muda, maksudnya agar seni tari ini bisa tetap lestari," kata dia.
Demikian halnya tari bedana yang merupakan tarian asli Marga Balak, menurutnya, tarian ini punya makna tarian untuk muda-mudi, dalam setiap gerakannya juga mengandung makna mendalam, titik tekannya adalah menjaga pergaulan yang baik,
Kini, nama Andi Wijaya menjadi rujukan tiap pemerintah menggelar event-event tak hanya yang bertaraf nasional, tapi juga internasional.
Pada Festival Krakatau pekan lalu, Andi Wijaya bahkan membawa nama Kota Bandar Lampung sebagai juara pertama.
Ketika itu, Andi Wijaya membawakan prosesi nyesung maju dalam festival tersebut. Tradisi nyesung maju atau mengantarkan calon pengantin, adalah prosesi adat khas yang ada di Telukbetung.
Pengantin diarak menuju rumahnya dengan beragam tari-tarian khas dengan jumlah penari yang lumayan banyak termasuk para hulu balang hingga sampai ke rumahnya.
Demikian halnya, saat ia diminta membawakan tarian khakot ketika Presiden SBY datang berkunjung ke PKOR Way Halim dalam peringatan Hari Pangan Sedunia.
Ketika itu, Presiden bahkan sempat meminta Paspampres untuk berhenti sebentar hanya untuk menyimak gerakan tarian khakot yang ada di hadapannya.
Ia bahkan sempat berbicara kepada Andi Wijaya untuk menjaga tarian khas asli Lampung ini.
Belakangan, bahkan karena ketertarikannya terhadap tari khakot, Presiden SBY kembali meminta Andi Wijaya untuk mementaskannya pada pawai budaya di Istana Presiden.
Kini, Andi mengaku punya mimpi yang belum terwujud, ia ingin membentuk semacam sanggar khusus yang hanya membawakan tari-tarian asli dari Marga Telukbetung seperti tari rudat, tari khakot, dan tari bedana.
Ia ingin mengajarkan tari-tarian itu sebagai khazanah budaya Lampung kepada kaum muda agar tarian itu tak hilang ditelan zaman. "Sekarang saja tari bedana sudah mulai banyak dilupakan orang. Orang bahkan tak tahu asal muasal tari bedana itu dari mana. Karena itu, saya ingin sekali melestarikan tari-tarian ini." (M1)
Sumber: Lampung Post,
Bersama beberapa temannya, Andi duduk di teras rumah tetangganya. Tak lama, kakek beserta tiga temannya datang dengan gambus, rebana, dan gitar, mereka bermain riang dengan senandung lagu-lagu Lampung.
Sejak itu, Andi Wijaya mulai cinta akan kesenian nenek moyangnya itu. Meskipun saat itu?tahun 1980, ia masih relatif kecil, ia sudah menyukai keriangan seni budaya Lampung.
Kini, ia menjadi salah satu dari sedikit orang di Kota Bandar Lampung yang paham benar akan makna tari bedana dan tari pedang khakot yang merupakan tarian khas milik Marga Balak yang ada di Kelurahan Negeri Olokgading.
Presiden SBY bahkan secara khusus mengundangnya untuk mementaskan tari khakot pada kirab budaya di Istana Merdeka setelah sebelumnya Presiden SBY terpukau saat ia mengunjungi Lampung pada peringatan Hari Pangan Sedunia di PKOR Way Halim tahun lalu.
Ia menjelaskan tari khakot adalah tari pedang yang pada zaman dahulu kala dibawakan oleh para panglima atau hulu balang untuk menyambut tamu-tamu besar. Para hulubalang ini yang terdiri dari dua pasang penari, akan memain-mainkan pedang di depan para tamunya, untuk menjaga para tamu-tamu agung itu dari ancaman bahaya.
Tari khakot sendiri pada awalnya diciptakan dari kejelian seniman dari Marga Balak yang melihat burung elang di atas langit. "Waktu itu mereka melihat burung elang itu seperti sedang berjemur, padahal sebenarnya burung elang itu sedang mencari mangsa," kata Andi Wijaya.
Terinspirasi dari gerakan burung elang itu, maka terciptalah tarian khakot. Gerakan tariannya biasa disebut gerakan mayang bekekhang atau elang berjemur.
Demikian halnya, pedang yang digunakan juga tekhapang (gagang pedang) harus berkepala elang, termasuk kikhat (ikat kepala, red) harus dibentuk menyerupai burung elang.
Karena itu, tak bisa sembarangan dalam membawakan tari khakot, dan tak semua orang mampu menarikannya. "Saya sendiri meskipun bisa menarikannya, tapi setiap diminta mementaskan tarian itu, saya meminta teman-teman yang lebih muda, maksudnya agar seni tari ini bisa tetap lestari," kata dia.
Demikian halnya tari bedana yang merupakan tarian asli Marga Balak, menurutnya, tarian ini punya makna tarian untuk muda-mudi, dalam setiap gerakannya juga mengandung makna mendalam, titik tekannya adalah menjaga pergaulan yang baik,
Kini, nama Andi Wijaya menjadi rujukan tiap pemerintah menggelar event-event tak hanya yang bertaraf nasional, tapi juga internasional.
Pada Festival Krakatau pekan lalu, Andi Wijaya bahkan membawa nama Kota Bandar Lampung sebagai juara pertama.
Ketika itu, Andi Wijaya membawakan prosesi nyesung maju dalam festival tersebut. Tradisi nyesung maju atau mengantarkan calon pengantin, adalah prosesi adat khas yang ada di Telukbetung.
Pengantin diarak menuju rumahnya dengan beragam tari-tarian khas dengan jumlah penari yang lumayan banyak termasuk para hulu balang hingga sampai ke rumahnya.
Demikian halnya, saat ia diminta membawakan tarian khakot ketika Presiden SBY datang berkunjung ke PKOR Way Halim dalam peringatan Hari Pangan Sedunia.
Ketika itu, Presiden bahkan sempat meminta Paspampres untuk berhenti sebentar hanya untuk menyimak gerakan tarian khakot yang ada di hadapannya.
Ia bahkan sempat berbicara kepada Andi Wijaya untuk menjaga tarian khas asli Lampung ini.
Belakangan, bahkan karena ketertarikannya terhadap tari khakot, Presiden SBY kembali meminta Andi Wijaya untuk mementaskannya pada pawai budaya di Istana Presiden.
Kini, Andi mengaku punya mimpi yang belum terwujud, ia ingin membentuk semacam sanggar khusus yang hanya membawakan tari-tarian asli dari Marga Telukbetung seperti tari rudat, tari khakot, dan tari bedana.
Ia ingin mengajarkan tari-tarian itu sebagai khazanah budaya Lampung kepada kaum muda agar tarian itu tak hilang ditelan zaman. "Sekarang saja tari bedana sudah mulai banyak dilupakan orang. Orang bahkan tak tahu asal muasal tari bedana itu dari mana. Karena itu, saya ingin sekali melestarikan tari-tarian ini." (M1)
Sumber: Lampung Post,
Post a Comment